Oleh : Joko Sritopo Mulyono, S.Pd.MM.Pd.
A. Pendahuluan
Kompleksitas kehidupan dewasa ini, seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi sebagian akan bergeser atau hilang karena digantikan oleh pola kehidupan baru pada masa mendatang yang mungkin akan lebih kompleks. Kecenderungan yang muncul dipermukaan dewasa ini, ditunjang oleh laju perkembangan teknologi dan arus gelombang kehidupan global yang sulit dibendung, mengisyaratkan bahwa kehidupan pada masa depan menjadi sarat pilihan yang rumit. Kondisi itu mengisyaratkan pula bahwa manusia akan semakin didesak ke arah kehidupan yang amat kompetitif.
Kehidupan masa depan itu dapat menyebabkan manusia menjadi serba bingung atau malah larut ke dalam situasi baru itu, jika tidak memiliki ketahan hidup yang memadai karena tata nilai lama yang telah mapan ditantang oleh nilai-nilai baru yang belum banyak dipahami. Masa depan yang kompleks itu menyiratkan pula bahwa pola-pola perilaku yang dikuasai dan telah rnenjadi kebiasaan pada saat ini, tidak sepenuhnya adaptif untuk mengarungi kehidupan pada masa depan. Ini mengandung makna dan memberikan implikasi imperatif terhadap perluasan ikhtiar secara dini dan serius untuk meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa ini, agar kelak memiliki ketangguhan hidup sesuai dengan fitrah insaniyahnya. Di sinilah institusi pendidikan - Sekolah Menengah Pertama - menerima tugas untuk menggarapnya.
Betapa sulitnya membendung mengalimya nilai-nilai baru yang belum tentu positif itu, baik yang masih dalam taraf merembes maupun yang telah mencapai tingkat membanjir. Oleh sebab itu, ikhtiar yang dilakukan melalui pendidikan - termasuk di dalamnya ikhtiar bimbingan - seyogianya tidak dilakukan dengan lebih banyak mengintervensi faktor-faktor eksternal, tetapi lebih menekankan pada faktor-faktor internal agar lulusannya memiliki ketahanan individual. Faktor internal yang penting untuk diintervensi melalui kegiatan bimbingan pada Sekolah Menengah Pertama yakni kemampuan self-management.
Kemampuan self-management menjadi penting untuk diintervensi secara dini melalui ikhtiar bimbingan di SMP, karena locus of control dan locus of responsibility yang bersifat eksternal lebih banyak dominan pada perilaku masyarakat. Sehubungan dengan itu, apa pentingnya kemampuan self-management dikembangkan secara dini melalui ikhtiar bimbingan di SMP ?
.
B. Pembahasan
Self-management merupakan salah satu di antara 33 jenis self pada manusia yang perlu dikembangkan sejak dini (Hoare, 1992). Self-management adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam mengarahkan perilakunya dengan menggunakan suatu siasat atau kombinasi siasat terapi (Cormier & cormier, 1985) agar mampu berpeirlaku positif dan produktif (Yates, 1985). Self-management itu merupakan salah satu cara yang lazim digunakan dalam tradisi bimbingan dan konseling. Penggunaannya dapat dikenakan kepada berbagai sasaran perilaku (Bemstein, 1981).
Penggunaan self-management dalam ikhtiar bimbingan dapat mendidik dan membiasakan peserta didiknya mampu berperilaku positif sejak dini. Itu dimungkinkan karena siasat self-management itu merupakan bentuk pengubahan perilaku yang dalam prosesnya lebih banyak dilakukan oleh individu yang bersangkutan, bukan diarahkan atau (bahkan) dipaksakan oleh orang lain (pembimbing). Self-management juga berdasarkan diri pada tanggung jawab indvidu untuk bertindak melalui manipulasi peristiwa-peristiwa eksternal dan internal.
Dalam self-management amat menonjolkan kemampuan individu untuk belajar dan mengarahkan dirinya sendiri. Penyerahantanggungjawab tertiadap diri individu sendiri untuk mengubah perilakunya itu amat sesuai dengan kedirian manusia karena individulah yang paling tahu, paling bertanggung jawab, dan paling mungkin untuk mengubah dirinya. Ikhtiar pengubahan diri atas dasar insiatif dan penemuan sendiri itu dapat membuat perubahan itu bertahan lama.
Penggunaan teori kognitif dalam pendidikan dan bimbingan bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Penghampiran teori kognitif dapat merupakan suatu model dalam menjelaskan struktur perkembangan manusia, yang dapat membantu pendidikan maupun bimbingan untuk mengembangkan siasat-siasat dalam ikhtiar mengantarkan manusia ke tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Demikian halnya dengan teori perkembangan moral. Perkembangan moral anak usia SMP berada pada tahap prakonvensional dan konvensional berarti ada kecenderungan pada mereka untuk berbuat sesuatu yang dapat diterima oleh sekelilingnya agar dipandang sebagai anak yang baik, menyadari kewajibannya untuk melaksanakan norma-norma yang ada, dan mempertahankan pentingnya ada norma.
Dengan menggunakan teori kognitif dan moral itu, dengan memperhatikan posisi anak usia SMP, dari perspektif teori tersebut menjadi tampak jelas bahwa kemampuan self-management relevan dan perlu untuk dikembangkan secara dini melalui ikhtiar bimbingan pada jenjang pendidikan SMP sebab self-management menuntut kemampuan mengendalikan diri dan bekerja secara tertib dan tekun dalam latihan memantau perilakunya, memikirkan mengapa perilaku itu dilakukan dan apa akibatnya, mengembangkan keinginan untuk mengubah perilakunya, dan komitmen untuk melestarikan perilaku yang positif.
Kemampuan mengendalikan diri pada umumnya dimiliki oleh individu yang telah memiliki kemampuan berpikir rasional, sedangkan kemampuan bekerja secara tertib dan tekun pada umumnya dimiliki oleh individu yang memiliki motif berprestasi tinggi. Bibit-bibit berpikir rasional dan motif berprestasi itu telah mulai bersemi pada anak usia pendidikan SMP. Oleh sebab itu, ikhtiar mengembangkannya secara serius yang dinanti-nanti agar mereka itu terbiasa sejak dini menggunakan kemampuan self-management-nya.
Untuk mengembangkan kemampuan self-management itu ada beberapa siasat yang dapat ditempuh, yakni (1) pantau-diri (Self-monitoring), (2) gan-jaran (self-reward); (3) kendali-stimulus (stimulus-control) Cormier & Cormier, 1985); dan hukum-diri (self-punishment).
Pantau-diri adalah suatu proses mengamati dan mencatat serba-serbi diri sendiri dan interaksinya dengan lingkungannya. Kendali-stimulus merupakan pengubahan perilaku yang dilakukan oleh siswa dengan cara mengenali rangsangan-rangsangan yang mengendalikan perilaku, mengurangi kemungkinan bertemu dengan rangsangan yang menyebabkan timbulnya perilaku yang tidak diinginkan, meningkatkan rangsangan yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku yang diinginkan, dan mengubah konsekuensi atau waktu kegiatan-kegiatan sebelumnya yang merugikan digantikan dengan pola baru yang mendukung pencapaian tujuan perilaku yang diinginkan.Ganjar-diri merupakan siasat pengubahan perilaku dengan mengatur dan memperkuat perilakunya dengan konsekuensi yang dihasilkannya sendiri. Ganjar-diri ini dapat ditetapkan untuk pengubahan perilaku karena, banyak perilaku individu yang dikendalikan oleh konsekuensi yang dihasilkan sendiri di samping konsekuensi dari luar. Hukuman-diri merupakan siasat pengubahan perilaku dengan cara mengatur dan memperlemah atau menghilangkan perilaku dengan konsekuensi yang dihasilkan sendiri.
Dalam praktiknya, untuk mengembangkan kemampuan self-management, keempat siasat di atas dapat diterapkan secara sendiri-sendiri atau kombinasi. Namun, berdasarkan hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi siasat lebih efektif daripada hanya menggunakan satu siasat secara sendiri-sendiri. Misalnya, kombinasi pantau-diri dengan ganjar-diri, pantau-diri dengan hukum diri, atau pantau-diri dengan kendali-stimulus.
C. Penutup
Kesejahteraan hidup manusia lebih mengacu kepada dan bermuatan psikis ketimbang fisik. Manusia sejahtera bukan berarti manusia yang bebas masalah (problem free) melainkan yang mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya setiap kali muncul. Adalah mimpi jika manusia mendambakan kesejahteraan dengan berharap bebas dari masalah. Lebih-lebih pada zaman modern yang serba rumit. Oleh sebab itu, agar manusia mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya setiap kali muncul, perlu dikembangkan kemampuan itu secara dini dan serius. Jenjang pendidikan SMP merupakan wahana strategis untuk ikhtiar itu, dan kemampuan self-management merupakan suatu alternatif yang dapat dipilih untuk dikembangkan. Pengembangan kemampuan self-management memiliki beberapa keunggulan: (1) dapat meningkatkan kendali siswa atas lingkungan dan mengurangi ketergantungan kepada orang lain, (2) tidak mahal, praktis, dan lidak terlampau sulit untuk dilaksanakan, dan (3) dapat diterapkan untuk perilaku problematik maupun nonproblematik.
Pada saat permulaan pengembangan self-management mungkin peserta didik mengalami kesulitan karena terdapat sejumlah langkah yang harus dilakukan. Untuk itu, pembimbing dapat membantunya dengan mengajarkan langkah-langkah yang berupa keterampilan psikologis. Peran pembimbing seperti ini yang disebut sebagai giving people psychologica, skills for managing their own lives. Jadi, dengan bekal keterampilan psikologis yang diajarkan oleh pembimbing, peserta didik diharapkan mampu memecahkan masalahnya sendiri.q
Referensi :
Bernstein, D.A. (1981). Anxiety Management. Dalam W.E. Craighead; A.E. Kazdin; & M.J. Mahoney (Eds.), Behavior Modification: Principles, Issues, and Applications, Second Edition. Boston: Houghton Mifflin.
Cormier, L.J. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategies for Helpers. Second Edition, Montery, California: Brooks/Code Publ. Co.
Hoare, C.H. (1992). Psychosocial Identity Development and Cultral Others. Journal of Counseling & Development.
Yates, B.T. (1985). Self-Managrement: The Science and Art! of Helping Yourself. Berlmont, California: Wardsworth Publ. Co., A Division of Wardsworth, Inc.
Senin, 29 Oktober 2007
Langganan:
Postingan (Atom)